Senin, 27 November 2017

Gaya Sentrifugal Si Biru

Gaya Sentrifugal Si Biru

            Pada Tahun 1998, MAPACH (Mahasiswa Pecinta Alam Civics Hukum) mengalami pergolakan di internal HMCH (Himpunan Mahasiswa Civics Hukum). MAPACH yang waktu itu mengalami pergulatan dalam tonase yang tinggi, akhirnya MAPACH secara tegas dan sadar menyatakan salam perpisahan dengan HMCH, MAPACH yang independent secara de facto dan de jure, membuat AD/ART-nya dan menjadi UKMJ (Unit Kegiatan Mahasiswa tingkat Jurusan).
            12 tahun sudah MAPACH berkelana di luar rumah, terjadilah suatu kontrak politik dan diplomasi yang menjadi sejarah tersendiri dalam gurat history perjalanan ormawa di Departemen Pendidikan Kewarganegaraan. Saat itu tongkat kepemimpinan MAPACH dipegang oleh Epin Saepudin, membuat pernyataan secara legal dengan kembalinya MAPACH kepangkuaan HMCH dengan syarat, bahwasanya MAPACH memakai jalur Koordinasi dengan HMCH.
            MAPACH berdiri dengan keinginan penuh, guna membina potensi mahasiswa PKn, sebagai pecinta alam yang akademis, religius, dan mengabdi terhadap masyarakat. Begitu berwarnanya pilihan jalan yang MAPACH tempuh di tingkat jurusan maupun tingkat yang lebih luas, MAPACH tidak merubah pendirianya akan tujuan MAPACH yang setiap kegiatan difokuskan pada aspek kemasyarakatan (Sosiologi Pedesaan).
            Dewasa ini secara sadar MAPACH sudah berumur 31 Tahun. Fakta-fakta dan peristiwa yang MAPACH alami, bergerak sentripental hingga sekarang menuju gebrakan sentrifugal, namun ada pro-kontra pemahaman. Apakah disaat MAPACH melepaskan diri dari HMCH itu merupakan gerak sentrifugal?, sentrifugal sendiri bergerak menjauhi titik pusat. Bagi kami menjauhi pusat bukan harus keluar dari HMCH, tapi lebih kepada Melebarkan sayap-sayap muda biru ke ranah yang lebih luas.
            Gebrakan Sentrifugal MAPACH dimulai dari kegiatan ekspedisi dengan cakupan diluar Bandung Raya hingga luar Jawa Barat. MAPACH kemudian berinisiatif dengan MAPALA yang ada di Kampus UPI Bumi Siliwangi membangun Forum Keluarga Pecinta Alam UPI, guna mempererat tali persaudaraan mahasiswa di setiap departemen dan fakultas dalam kmpus UPI maupun kampus daerah.
            Di sela-sela menancapkan paku besi di rumah sendiri, MAPACH secara perlahan dan pasti ikut berpartisipasi ke area forum kelompok Organisasi Pecinta Alam Bandung Raya. Gerakan Sentrifugal Si Biru  kian pasti, namun bukan berarti MAPACH tidak mengencangkan tali sabuknya. Justru membuat MAPACH semakin peka akan Rekontruksi SDM mahasiswa Pkn dan anggota MAPACH.
            Rekontruksi MAPACH selain itu adalah, mengembangkan pribadi manusia yang selaras antara Hablun Minnallah, Hablun Minannas. Sesuai dengan spesialisasi MAPACH dalam menekuni gerakan akar bawah, yaitu masyarakat di areal kaki gunung dan terpencil. Membedah sisi Kemanusia ala MAPACH yang berkesinambungan dengan sisi religius.
            Kenapa religius dimasukan dalam konsepsi MAPACH? Sejatinya kita juga dituntut untuk mengabarkan Islam yang sebenarnya kepada masyarakat. Islam Rahmatan lil Alamin yang murni dari Rasullullah saw. Kemudian berpegang teguh pada Islamnya. Benarlah titik tembak dari sari Ketuhanan yang integral kepada Humanity. Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar.”(Ali Imran 104).
            Sebagai wadah pembentukan kader yang akademisi, MAPACH memproklamirkan diri “sebagai wadah pembentukan kader Ulul Albab”. Kenapa mesti Ulul Albab yang menjadi salah satu konsepsi MAPACH?!. Selain kesadaran religius yang mengikat, kesadaran realitas sosio histori dan intelektual yang mendorong MAPACH dalam ranah akademisi. Tema Akademisi ini berkitan dengan “orang yang diberi hikmah, orang yang sanggup mengambil pelajaran dari sejarah umat terdahulu, kritis dalam mendegarkan paradigma dan pemikiran  orang lain, dan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, akademisi yang senantiasa konsisten walaupun sendirian dalam mempertahankan sisi intelektual, dan tidak terpesona dengn bilangan yang bisa tak terhingga. Tonase yang kami berikan di MAPACH menjadi kader yang ilmiah melaluli kerja-kerja intelektualitas.

            MAPACH hadir dan mencoba menjadi penerang di gelapnya malam dan memancarkan cahaya kebenaran, keadilan, kesejahteraan, dan kemenangan, tidak hanya di dunia melainkan di akhirat juga. MAPACH harus terus melebarkan sayapnya lebih luas dan siap menampilkan hidup untuk memanusiakan manusia, hidup dalam berdiskusi berorganisasi dan mengabdi kepada kemanusiaan. 

KOPI BUAH TANGAN PERSAUDARAAN


KOPI BUAH TANGAN PERSAUDARAAN


    Sejarah mencatat tanaman kopi berasal dari Abyssina, memasuki abad ke-17 orang-orang Eropa mulai mengembangkanperkebunan kopi sendiri. Mereka membudidayakanya di daerah jajahanya yang tersebar di berbagai penjuru bumi. Salah satunya di pulau Jawa. Pada masa itu kopi dari Jawa sempat menjadi primadona pasar kopi dunia. Kopi Jawa popular dengan sebutan “Cup of Java”,
secara harfiah artinya”secangkir Jawa”. 

    Menurut William H. Ukers dalam bukunya All About Coffe (1992) kata “kopi” mulai masuk dalam bahasa Eropa sekitar tahun 1600-an diadaptasi dari bahasa Arab “Qahwa”. Istilah Kopi tidak langsung dari bahas Arab, tetapi melalui istilah bahasa Turki “Kahveh”. 

    Al kisah konon di kota Mocha, Yaman. Hidup seorang tabib sekaligus sufi yang taat beribadah, bernama Ali bin Omar al Shadhili. Beliau terkenal terkenal sebagai tabib. Suatu waktu Omar mendapat ujian Fitnah, bahwasanya Omar beraliansi dengan setan, hingga Omar terusir jauh dari kota. Dalam pengasingannya di perjalanan Omar berlindung di sebuah gua. Omar yang merasa lapar menemukan buah beri berwarna merah. Omar memakan buah itu untuk mengusir rasa laparnya karena rasanya pahit, ia mengolahnya dengan cara memanggang dan merebusnya. Melotot matanya, ketika ia secara tidak sengaja meminum air rebusannya karena cita rasa yang membuat Omar mendapat tenaga ekstra. Dengan seiring waktu kabar itu berhembus kencang dan Omar terkenal dengan obat barunya, hingga ia diminta kembali pulang ke kotanya. 

     Kopi sudah menjadi rahim di meja orang Indonesia, menikmati kopi dengan keluarga, sahabat, dan kekasih. Berbincang habis mencincang kata-kata soal permasalahan dari segi, historis, paradigma individu, hingga agama. Benar adanya menurut kisah Omar, ada kekuatan ekstra yang tersimpan disana, yang kita implementasikan menjadi sebuah buah tangan penyambung hati menuju persaudaraan. Kita tahu betul histori pahitnya kopi, namun rasa ekstra ditubuh yang menjadi pengikat magis kebhinekaan. 

    Memang rasa-rasanya ada pembukaan diri disaat kita menawarkan secangkir kopi kepada orang-orang di lingkungan kita. Seakan kita diajak untuk membuat tali persaudaraan, memunculkan penghargaan diri dan pengangkatan derajat seseorang. Karena sejatinya kopi bukan untuk dinikmati dalam kesendirian dan keegoisan jiwa. Membuat karat hati kita, hingga kita lupa dengan orang-orang terdekat kita. Kita hapus kesenjangan sosial di ibu pertiwi ini dengan secangkir kopi bersama mereka. Jangan biarkan kita bersikap individualistik absolut.


DONGENG KANTIN BERLANTAI 4


Berisikan 4 lantai, tidak bertingkat
Berukuran segi empat namun tidak presisi
Setiap lantainya begitu sexy
mereka bilang kami ini embrionik oposisi.
Ketika anda ditindas kelaparan
kami hadir sebagai penyeimbang
memberikan perlawanan kepada perut yang lapar.
Ah..sudahlah, ini hanya tulisan
jangan dipikirkan
nanti kalian lapar dan lupa makan
kemudian kalian sakit
mari ke kantin kita makan.
2017

“SOMEBODY” ATAU “NOBODY”


      Kita bisa jadi terperangah melihat koruptor yang tidak menampakkan rasa malu di depan kamera, seolah-olah bukan beban berat. Kemudian, pantaskan mereka disebut manusia bermartabat? Apakah mereka yang hanya mengejar kekayaan, tanpa memikirkan etika, fairness, dan profesionalitas memperoleh martabat tinggi dimata masyarakat?.
       Kita harus tahu bahwa identitas diri, baik yang positif maupun yang negatif, mempunyai embrioni bertumpuk dalam lingkungan sosial. Seseorang yang dikatakan baik dalam kemanusiaan, akan hancur seketika ketika di dinyatakan mendapatkan kekayaan dengan secara tidak halal.
     Setiap orang bisa sukses dan bermartabat juga bisa dinilai oleh masyarakat dengan Ahlak baik. Tanpa perlu dipatok dengan kekayaan dan jabatan dia. Karena pencapaian kesuksesan itu bukan dilihat dari kekayaan dan jabatan. Bagaimana jika jabatan dan hartanya hilang? Jelas, martabat dan harga dirinya hilang juga.
    Presiden Maldives Mohamed Nasheed menyerahkan kemewahan yang dinikmati presiden yang terdahulu. Dan memilih tinggal di sebuah Townhouse bersahaja dan mengatakan “ini adalah zaman kesulitan, tidak pantas jika saya berada di istana sementara rakyat ku mengalama kesulitan”. Jadi bagi mereka yang masih memikirkan peningkatan martabatnya, merekelah yang harus di benchmark dan dijadikan kodel.
        Menurut penulis buku A Model for living Julian Short mengatakan bahwa meningkatkan martabat adalah berusaha sekeras-kerasnya untuk menjadi yang terbaik dengan menjunjung tinggi nilai-nilai etika. Martabat kitalah yang membuat kita kuat disaat mengalami guncangan dan mengontrol diri pada saat-saat tertentu.
#Agi Rahman Al Faruq

Komunikasi Politik “untuk” MAPACH (Mahasiswa Pecinta Alam Civics Hukum)

Komunikasi Politik “untuk” MAPACH (Mahasiswa Pecinta Alam Civics Hukum) Melihat komunikasi politik pada kegunaannya yaitu : “Untuk me...