Senin, 27 November 2017

“SOMEBODY” ATAU “NOBODY”


      Kita bisa jadi terperangah melihat koruptor yang tidak menampakkan rasa malu di depan kamera, seolah-olah bukan beban berat. Kemudian, pantaskan mereka disebut manusia bermartabat? Apakah mereka yang hanya mengejar kekayaan, tanpa memikirkan etika, fairness, dan profesionalitas memperoleh martabat tinggi dimata masyarakat?.
       Kita harus tahu bahwa identitas diri, baik yang positif maupun yang negatif, mempunyai embrioni bertumpuk dalam lingkungan sosial. Seseorang yang dikatakan baik dalam kemanusiaan, akan hancur seketika ketika di dinyatakan mendapatkan kekayaan dengan secara tidak halal.
     Setiap orang bisa sukses dan bermartabat juga bisa dinilai oleh masyarakat dengan Ahlak baik. Tanpa perlu dipatok dengan kekayaan dan jabatan dia. Karena pencapaian kesuksesan itu bukan dilihat dari kekayaan dan jabatan. Bagaimana jika jabatan dan hartanya hilang? Jelas, martabat dan harga dirinya hilang juga.
    Presiden Maldives Mohamed Nasheed menyerahkan kemewahan yang dinikmati presiden yang terdahulu. Dan memilih tinggal di sebuah Townhouse bersahaja dan mengatakan “ini adalah zaman kesulitan, tidak pantas jika saya berada di istana sementara rakyat ku mengalama kesulitan”. Jadi bagi mereka yang masih memikirkan peningkatan martabatnya, merekelah yang harus di benchmark dan dijadikan kodel.
        Menurut penulis buku A Model for living Julian Short mengatakan bahwa meningkatkan martabat adalah berusaha sekeras-kerasnya untuk menjadi yang terbaik dengan menjunjung tinggi nilai-nilai etika. Martabat kitalah yang membuat kita kuat disaat mengalami guncangan dan mengontrol diri pada saat-saat tertentu.
#Agi Rahman Al Faruq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komunikasi Politik “untuk” MAPACH (Mahasiswa Pecinta Alam Civics Hukum)

Komunikasi Politik “untuk” MAPACH (Mahasiswa Pecinta Alam Civics Hukum) Melihat komunikasi politik pada kegunaannya yaitu : “Untuk me...